TUGAS 4, 5 DAN
6 SOFTSKILL AKUNTANSI INTERNASIONAL
Nama : Reinhard Arnold P.S
NPM :
21209767
KelaS : 4EB13
KelaS : 4EB13
BAB 4 : PELAPORAN DAN PENGUNGKAPAN
1) Menjelaskan bagaimana
praktek pengungkapan akuntansi dipengaruhi oleh perbedaan tata kelola keuangan
perusahaan disuatu Negara
Standar dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber
keuangan, sistem hukum, ikatan politik
ekonomi, tingkat pembangunan ekonomi,tingkat pendidikan, budaya dan pengaruh
lainnya. Perbedaan nasional dalam pengungkapan umumnya didorong oleh perbedaan
dalam tata kelola perusahaan dan keuangan.
Di Amerika Serikat, Inggris, dan negara – negara Aglo Amerika lainya pasar
ekuitas tersebar luas antara pemegang saham dan perlindungan terhadap investor
sangat ditekankan.Investor intitusional memainkan peranan penting , menuntut
pengembalian keuangan dan nilai pemegang saham yang meningkat. Pengukapan
public sangatlah maju sebagai respos terhadap akuntabilitas perusahaan public.
Di Negara lain seperti Prancis, Jepang, dan beberapa Negara berkembang
kepemilikan saham masih tetap sangat terkonsentrasi dan bank merupakan sumber utama pembiayaan
perusahaan dan menetapkan disiplin perusahaan. Pengunkapan public tidak terlalu
maju di pasar – pasar ini dan perbedaan besar dalam jumlah informasi yang di
berikan kepada pemegang saham besar dan kreditor dengan yang diberikan kepada
public masih diperbolehkan.
Tata kelola perusahaan berhubungan dengan alat-alat internal yang digunakan
untuk menjalankan dan mengendalikan sebuah perusahaan – tanggung jawab,
akuntabilitas dan hubungan di antara para pemegang saham, anggota dewan dan
para manajer yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan. Masalah-masalah
tata kelola perusahaan antara lain meliputi hak dan perlakuan kepada pemegang
saham, tanggung jawab dewan, pengungkapan dan transparansi dan peranan
pihak-pihak yang berkepentingan. Praktik tata kelola perusahaan semakin
mendapat perhatian dari para regulator, investor dan analis.
Pengungkapan laporan tahunan perusahaan di negara-negara pasar berkembang
secara umum kurang ekstensif dan kurang kredibel dibandingkan dengan pelaporan
perusahaan di negara-negara maju. Sebagai contoh, pengungkapan yang tidak cukup
dan yang menyesatkan dan perlindungan konsumen yang terabaikan disebut-sebut
sebagai penyebab krisis keuangan Asia Timur di tahun 1997.
Tingkat pengungkapan yang rendah di negara-negara pasar berkembang tersebut
konsisten dengan sistem tata kelola perusahaan dan keuangan di negara-negara
itu. Pasar ekuitas tidak terlalu berkembang, bank dan pihak internal seperti
kelompok keluarga menyalurkan kebanyakan kebutuhan pendanaa dan secara umum
tidak terlalu banyak adanya kebutuhan akan pengungkapan publik yang kredibel
dan tepat waktu, bila dibandingkan dengan perekonomian yang lebih maju.
Namun demikian, permintaan investor atas informasi mengenai perusahaan yang
tepat waktu dan kredibel di Negara-negara pasar berkembang semakin banyak
regulator memberikan respons terhadap permintaan ini dengan membuat ketentuan
pengungkapan yang lebih ketat dan meningkatkan upaya-upaya pengawasan dan
penegakan aturan.
2) Memahami
persoalan-persoalan penting yang mempengaruhi keputusan manajemen untuk membuat
pengungkpan keputusan.
Dalam pembuatan keputusan para manajer harus
berhati-hati dan memilih keputusan yang paling rasional dan paling sesuai
dengan kebutuhan yang ada. Berbagai jenis keputusan adalah sebagai berikut:
·
Keputusan terprogram atau keputusan terstruktur :
keputusan yg berulang2 dan rutin, sehingga dapt diprogram. Keputusan
terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pd manjemen tkt bawah. Contoh :
keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang,dll.
·
Keputusan setengah terprogram atau setengah
terstruktur : keputusan yg sebagian dpt diprogram, sebagian berulang-ulang dan
rutin dan sebagian tdk terstruktur. Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan
membutuhkan perhitungan2 serta analisis yg terperinci. Contoh: Keputusan
membeli sistem komputer yg lebih canggih, keputusan alokasi dana promosi.
·
Keputusan tidak terprogram atau tidak terstruktur :
keputusan yg tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan
ini terjadi di manajemen tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan
tdk terstruktur tdk mudah untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya
berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat
penting didalam pengambilan keputusan tdk terstruktur. Keputusan untuk
bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tdk terstruktur yg
jarang terjadi.
3)
Mengidentifiksasi tujuan pengungkapan akuntansi dalam
pasar ekuitas
Dalam ekonomi yang kompetitif, pengungkapan koorperasi merupakan sarana
untuk menyalurkan akuntabilitas koorperasi kepada para penyedia modal
(investor) dan untuk mepermudah alokasi sumberdaya untuk pemanfaatan yang
paling produktif.
Suatu koorperasi perlu menarik modal dalam jumlah yang sangat besar untuk
pembiayaan aktivitas produksi dan distribusi yang ekstensif. Oleh karena itu
pembiyaan internal ini sangat bergantung pada modal eksternal yang
diinvestasikan oleh para investor pada sebuah koorperasi, Sebagai timbal balik,
seorang investor memerlukan pengungkapan (tansparansi koorperasi) dimana para
investor tersebut dapat menilai kualitas saham yang mereka tanamkan.
Kaitan konseptual antara pengungkapan yang meingkat dan biaya modal
perusahaan dari teori perilaku investasi dalam kondisi ketidakpastian, yaitu:
- Dalam dunia ketidakpastian, para investor memandang pengembalian dari investasi sekuritas sebagai uang yang diterima sebagai konsekwensi kepemilikan.
- Karena adanya ketidakpastian pengembalian ini dipandang dalam pengertian probabilistik.
- Para investor menggunakan sejumlah ukuran berbeda untuk mengukur hasil yang diharapkan dari suatu sekuritas.
- Para investor menyukai tingkat pengembalian yang tinggi untuk tingkat resiko tertentu atau sebaliknya.
- Nilai sebuah sekuritas berhubungan positif dengan aliran hasil yang diharapkan dan berhubungan terbalik dengan resiko yang berkaitan dengan pengembalian tersebut.
- Jadi, Pengungkapan perusahaan akan meningkatkan distribusi probabilitas dari hasil yang diharapkan oleh investor dengan mengurangi ketidakpastian yang berhubungan dengan pengembalian tersebut. Sehingga akan meningkatkan performance (kinerja perusahaan) di mata para investor sehingga memikat para investor untuk menginvestasikan yang lebih besar pada sekuritas yang sama sehingga dapat mengurangi biaya modal.
4) Memahami
perbedaan mendasar praktek pengungkapan keuangan perusahaan dalam berbagai
aspek.
Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan
membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami isi dan angka yang dilaporkan
dalam laporan keuangan. Terdapat tiga tingkatan pengungkapan yaitu pengungkapan
penuh, pengungkapan wajar, dan pengungkapan cukup. Pengungkapan penuh mengacu
pada seluruh informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik informasi keuangan
maupun informasi non keuangan. Pengungkapan penuh tidak hanya meliputi laporan
keuangan tetapi juga mencakup informasi yang diberikan pada management letter,
company prospect dan sebagainya. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang
diwajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sementara pengungkapan wajar
adalah pengungkapan cukup ditambah dengan informasi lain yang dapat berpengaruh
pada kewajaran laporan keuangan seperti contingencies, commitments dan
sebagainya.
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan
naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan rugi laba,
laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan
seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga
mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang
diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Catatan atas
laporan keuangan mengungkapkan:
1. Informasi
tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih
dan ditetapkan terhadap peristiwa dan transaksi penting.
2. Informasi yang
disajikan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
3. Informasi
tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam
rangka penyajian secara wajar.
Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan
membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami isi dan angka yang dilaporkan
dalam laporan keuangan. Terdapat tiga tingkatan pengungkapan yaitu pengungkapan
penuh, pengungkapan wajar, dan pengungkapan cukup. Pengungkapan penuh mengacu
pada seluruh informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik informasi keuangan
maupun informasi non keuangan. Pengungkapan penuh tidak hanya meliputi laporan
keuangan tetapi juga mencakup informasi yang diberikan pada management letter,
company prospect dan sebagainya. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang
diwajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sementara pengungkapan wajar
adalah pengungkapan cukup ditambah dengan informasi lain yang dapat berpengaruh
pada kewajaran laporan keuangan seperti contingencies, commitments dan
sebagainya.
BAB 5 (
TRANSLASI MATA UANG ASING )
1)
Membedakan translasi dan konversi antar mata uang
asing
Translasi mata uang asing adalah Proses penyajian
ulang informasi keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Sedangkan
konversi antar mata uang asing adalah pertukaran dari satu mata uang ke mata
uang lain secara fisik.
Perbedaannya adalah, Translasi hanyalah perubahan
satuan unit moneter, contohnya pada sebuah necara yang dinyatakan dalam pound
Inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran
fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi. Sedangkan
konversi, memungkinkan adanya pertukaran fisik yang terjadi dan ada transaksi
terkait yang terjadi.
2) Memahami
istilah-istilah dalam translasi mata uang asing
1.
Konversi, merupakan pertukaran suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
2.
Kurs kini, merupakan nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporang
keuangan yang relevan.
3.
Posisi aktiva bersih yang beresiko, merupakan kelebihan aktiva yang
diukur dalam atau berdenominasi dalam mata uang asing dan di translasikan
dengan menggunakan kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi
dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
4.
Kontrak pertukaran forward, merupakan suatu perjanjian untuk
mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs
tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
5.
Mata uang fungsional, merupakan mata uang utama yang digunakan oleh
suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Biasanya mata uang tersebut
adalah mata uang Negara dimana perusahaan itu berlokasi.
6.
Kurs histories, merupakan kurs nilai mata uang asing yang digunakan pada
saat suatu aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
7.
Mata uang pelaporan, merupakan mata uang yang digunakan perusahaan dalam
menyusun laporan keuangan.
8.
Kurs spot, merupakan nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu
segera.
9.
Penyesuaian translasi, merupakan penyesuaian yang timbul dari proses
translasi laporan keuangan dari mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi
mata uang pelaporannya.
Daftar istilah translasi mata uang asing yang diadaptasi
dari PSAK (SFAS) no.52, 1981.
1.
Atribut, karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan
akuntansi. Contoh, biaya histories dan biaya penggantian yang merupakan atribut
suatu aktiva.
2.
Konversi, pertukatan suatu mata uang ke dalam mata uang lain.
3.
Kurs kini, nilai tukar yang berlaku pada tanggal laporan keuangan yang
relevan.
4.
Diskonto, ketika tingkat pertukaran yang berikutnya lebih rendah
daripada tingkat yang berlaku sekarang.
5.
Posisi aktiva bersih yang beresiko, kelebihan aktiva yang diukur dalam
atau berdenominasi dalam mata uang asing dan ditranslasikan dengan menggunakan
kurs kini dari kewajiban yang diukur atau berdenominasi dalam mata uang asing
dan ditranslasikan dengan menggunakan kurs kini.
6.
Mata uang asing, suatu mata uang selain mata uang yang digunakan oleh
suatu Negara, mata uang selain mata uang pelaporan yang digunakan oleh
perusahaan.
7.
Laporan keuangan dalam mata uang asing, laporan keuangan yang
menggunakan mata uang asing sebagai unit pengukuran.
8.
Transaksi mata uang asing, transaksi (yaitu penjualan atau pembelian
barang atau jasa, atau utang pinjaman atau piutang usaha) dengan syarat-syarat
yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional perusahaan.
9.
Translasi mata uang asing, proses untuk menyatakan jumlah-jumlah yang
berdenominasi atau diukur dalam suatu mata uang ke dalam mata uang yang lain
dengan menggunakan kurs nilai tukar diantara dua mata uang tersebut.
10.
Operasi luar negri, suatu operasi yang menghasilkan laporan keuangan yang
(1) dikombinasikan atau dikonsolidasikan atau diperhitungkan berdasarkan metode
ekuitas dalam laporan keuangan perusahaan pelapor dan (2) disusun dalam mata
uang asing selain mata uang pelaporan perusahaan pelapor.
11.
Kontak pertukaran forward, suatu perjanjian untuk
mempertukarkan mata uang dari Negara yang berbeda dengan menggunakan kurs
tertentu (kurs forward) pada tanggal tertentu di masa depan.
12. Mata
uang fungsional, mata uang utama yanga digunakan oleh suatau perusahaan
dalam menjalankan kegiatan usaha, dan dalam menghasilkan atau menggunakan
kasnya.
13. Kurs
histories, kurs nilai tukar mata uang asing yang digunakan pada saat suatu
aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dibeli atau terjadi.
14. Mata
uang local, mata uang suatu Negara tertentu yang digunakan; mata uang
pelaporan yang digunakan oleh suatu operasi domestic atau luar negeri.
15.
Pos-pos moneter, kewajiban untuk membayar atau hak untuk menerima sejumlah
unit mata uang dalam nilai yang tetap di masa depan.
16. Mata
uang pelaporan, mata uang yang digunakan perusahaan dalam menyusun laporan
keuangan.
17.
Tanggal penyelesaian, tanggal saat suatu utang dibayarkan oleh suatu
piutang tertagih.
18. Kurs
spot, nilai tukar untuk pertukaran mata uang dalam waktu segera.
19. Tanggal
transaksi, tanggal saat suatu transaksi dicatat dalam catatan akuntansi
perusahaan pelapor.
20. Penyesuaian
translasi, penyesuaian yang timbul dari proses translasi laporan keuangan
dari mata uang fungsional suatu perusahaan menjadi mata uang pelaporannya.
21. Unit
pengukuran, mata uang yang digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban,
pendapatan dan beban.
3)
Mengetahui perbedaan keuntungan dan kerugian translasi
mata uang asing
Jika sudut pandang mata uang local yang digunakan ( sudut pandang
perusahaan local), masuknya penyesuaian translasi dalam laba berjalan tidak
perlu dilakukan. Memasukkan keuntungan dan kerugian translasi dalam laba akan
mendistorsikan hubungan keuangan yang asli dan dapat menyesatkan para pengguna
informasi tersebut. Keuntungan atau kerugian translasi harus diperlakukan dari
sudut pandang mata uang local sebagai penyesuaian terhadap ekuitas pemilik.
Jika mata uang pelaporan induk perusahaan merupakan unit pengukuran laporan
keuangan yang ditranslasikan ( sudut pandang induk perusahaan ), sangat
disarankan untuk mengakui keuntungan atau kerugian translasi laba sesegera
mungkin. Sudut pandang induk perusahaan melihat anak perusahaan luar negeri
sebagai perluasan dari induk perusahaannya. Keuntungan dan kerugian translasi
mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi asing dalam mata uang
domestic dan harus diakui.
Keuntungan dan
kerugian translasi mata uang asing :
1. Penagguhan
Perubahan nilai ekuivalen mata
uang domestic dari aktiva bersih anak perusahaan luar negeri tidak
direalisasikan dan tidak berpengaruh terhadap arus kas mata uang local yang
dihasilkan dari entitas asing. Penyesuaian translasi harus diakumulasikan
secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas konsolidasi.
2. Pengangguhan dan Amortisasi
Penangguhan keuntungan atau
kerugian translasi dan melakukan amortisasi penyesuaian ini selama masa manfaat
pos-pos neraca terkait, terutama yang terkait dengan utang akan ditangguha=kandan
diamortisasi selama umur aktiva tetap terkait, yaitu dibebankan terhadap laba
dengan cara yang sama dengan beban depresiasi atau ditangguhkan dan
diamortisasi selama sisa masa pinjaman sebagai penyesuaian terhadap beban
bunga.
3.
Penangguhan parsial
Keuntungan dan kerugian
translasi adalah dengan mengakui kerugian sesegera mungkin setelah terjadi,
tetapi mengakui keuntungan hanya setelah direalisasikan, hal ini semata-mata
hanya karena merupakan keuntungan, tetap mengabaikan terjadinya perubahan kurs.
4.
Tidak ditangguhkan
Mengakui keuntungan dan kerugian
translasi dalam laporan laba rugi sesegera mungkin. Namun, memasukkan keuntungan dan kerugian
translasi dalam laba tahun berjalan akan memperkenalkan elemen acak ke dalam
laba sehingga dapat menghasilkan fluktuasi laba yang sangat signifikan apabila
terjadi perubahan kurs nilai tukar.
Keuntungan dan
kerugian translasi ini mencerminkan kenaikan atau penurunan ekuitas investasi
dalam mata uang domestic dan harus diakui.
4) Memahami
pengaruh penggunaan berbagai metode translasi mata uang asing terhadap laporan
keuangan.
Walaupun sebagian besar isu teknis dalam akuntansi
cenderung terpecahkan dengan sendirinya sejalan dengan berlalunya waktu,
translasi valuta asing terrnyata merupakan suatu pengecualian. Bahwa tren ini
akan terus berlanjut didukung oleh perkembangan-perkembangan seperti runtuhnya
dominasi mata uang dolar, pergerakan nilai mata uang yang disetujui oleh
pemerintah, dan globalisasi pasar-pasar modal dunia, yang telah meningkatkan
pentingnya pelaporan dan pengungkapan keuangan. Perkembangan-perkembangan
seperti ini telah berperan besar meningkatkan ketertarikan eksekutif-eksekutif
keuangan, akuntan, dan komunitas keuangan pada pentingnya dan
konsekuensi-konsekuensi ekonomi dari translasi valuta asing. Mari kita lihat
hakekat dan perkembangan dari teki-teki akuntansi intemasional ini.
·
Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi
ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk
sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri.
·
Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda
mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk
mempertahankan basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item
valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan
kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung.
5) Melakukan
evaluasi dan memilih metode translasi mata uang asing terbaik sesuai kondisi
usaha dan pasar uang.
Berdasarkan metode temporal, pos-pos moneter seperti
kas, piutang, dan utang ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos moneter
ditranslasikan dengan kurs yang mempertahankan dasar pengukuran pada awalnya.
Secara khusus, aktiva yang nilainya dalam laporan mata uang asing sebesar biaya
histories, ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Mengapa demikian? Hal ini
dikarenakan biaya histories dalam mata uang asing yang ditranslasikan dengan
kurs nilai tukar histories menghasilkan biaya histories dalam mata uang
domestik.
Keempat metode yang dibahas pada satu waktu pernah
digunakan di Amerika Serikat dan dapat ditemukan hingga hari ini di berbagai
Negara. Secara umum, metode ini menimbulkan hasil translasi mata uang asing
yang cukup berbeda. Ketiga metode yang pertama (metode kurs kini, metode
kini-non-kini, dan metode moneter-non-moneter) digunakan dalam
mengidentifikasikan aktiva dan kewajiban manakah yang beresiko atau dapat
dilindungi dari resiko mata uang asing. Kemudian, metode translasi diterapkan
secara konsisten dengan memperhatikan perbedaan tersebut.
Sejauh ini istilah kurs nilai tukar yang digunakan
dalam metode translasi mengacu pada histories atau kurs kini. Kurs rata-rata
sering digunakan dalam laporan laba rugi untuk pos-pos beban. Beberapa Negara
menggunakan kurs nilai tukar yang berbeda untuk transaksi yang berbeda. Dalam
situasi ini harus dipilih beberapa kurs nilai tukar yang ada.
Beberapa alternative yang disarankan adalah:
1. kurs pembayaran dividen
2. kurs pasar bebas, dan
3. kurs penalty atau preferensi yang
dapat digunakan, seperti yang terkait dalam kegiatan ekspor impor.
6) Memahami
hubungan antara translasi mata uang asing dengan inflasi.
Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya
perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada
akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh
lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba
yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi
yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih
menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar
yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar
negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi
yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan
yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses
translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar
penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS.
Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang
fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan
hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar
aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan
menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam
mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang
signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak
dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.
BAB 6 ( PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA )
·
Memahami mengapa laporan keuangan memiliki potensi
untuk menyesatkan selama periode perubahan harga
Selama periode
inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang
mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Ketidakakuratan pengukuran
ini mendistorsi (1) proyeksi keuangan yang didasarkan pada data seri waktu
historis (2) anggaran yang menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data
kinerja yang tidak dapat mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat
dikendalikan. Laba yang dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
1. Kenaikan dalam proporsi pajak
2. Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham
3. Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para
pekerja
4. Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah
(seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk
menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap perubahan dalam daya beli unit moneter
juga menimbulkan kesulitan bagi pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan kinerja operasi perusahaan yang
dilaporkan. Dalam periode inflasi, pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata
uang dengan daya beli umum yang lebih rendah (yaitu daya beli periode kini),
yang kemudian diterapkan terhadap
kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (ekuivalennya)
selama periode inflasi. Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit
berguna dilakukan karena :
1. Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada
transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
2. Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan
harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
3. Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang
disebabkan oleh perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha
menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
·
Mengetahui istilah-istilah akuntansi inflasi dan
memahami pengaruh penyesuaian harga terhadap laporan keuangan
- Atribut. Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akutansi. Contoh: biaya histories atau biaya penggantian merupaka atribut suatu aktiva
- Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu
- Kekayaan yang dapat dihapuskan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih
- Mekanisme Penyesuaian. Manfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
- Ekuivalen Daya Beli Umum. Jumlah mata uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam tingkat harga umum.
- Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan nilai biaya kini suatu aktiva nonmoneter.
- Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam suatu perekonomian meningkat sebesar lebih dari 25% pertahun.
- Inflasi. Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
- Aktiva moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau piutang usaha.
- Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kewajiban moneter selama periode inflasi.
- Kewajiban moneter. Suatu kewajiban untuk membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga yang tetap.
- Kerugian Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya kativa moneter selama periode inflasi.
- Penyesuian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh jumlah modal kerja yang digunakan oleh sutu usaha dalam menjalankan operasinya.
- Jumlah Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
- Aktiva Nonmoneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
- Kewajiban Nonmoneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas yang tetap dimasa depan, seperti uang muka pelanggan.
- Penyesuian Paritas. Suatu penyesuian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara induk perusahaan dan Negara tuan rumah.
- Aktiva permanent. Istilah di Brasil untuk aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan depresiasi terkait serta jumlah deplesi atau amortisasi.
- Indeks Hraga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu keranjang barang dan jasa yang representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
- Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unit moneter untuk memeperoleh barang dan jasa.
- Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
- Biaya penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal usaha.
- Mata uang pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan keuangan.
- Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan berinflasi.
- Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan atau peralatan.
- Metode translasikan-nyatakan kembali. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan mentranlasikan akun-akun laporan keuangan anak perusahaan luar negeri kedalam mata uang induk perusahaan dan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi induk perusahaan
·
Menentukan perbedaan model akuntansi biaya terkini dan
konvensional.
Secara umum,
dalam akuntansi konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai
historis yang mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi
konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun
perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan
daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara
ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih
tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah. Sebenarnya, terdapat
beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara lain
akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat harga
umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen
laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama
sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi
berdasarkan nilai historis.Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut
relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat
ini.
Beberapa
argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan akuntansi tingkat harga umum
akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga hasil dari dua penelitian
mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga umum terhadap laporan
keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian berdasarkan
akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.
·
Menjelaskan perbedaan akuntansi inflasi di AS,
Inggris, dan Brazil
Di AS, keuntungan dan
kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan me restate, ke dalam dolar
konstan, saldo awal dan akhir dari, atau transaksi dalam, semua aset-aset dan
kewajiban moneter (termasuk hutang jangka panjang). Hasilnya dimaksudkan untuk
menyediakan basis yang berguna untuk menilai kinerja perusahaan dalam
mempertahankan daya beli umum dari para investor (FAS No 89, paragraf 65-66).
Keuntungan atau kerugian tersebut tidak dimasukkan dalam laba tetapi
diungkapkan dalam item terpisah yang berdiri sendiri. Perlakuan ini menyiratkan
bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam iem-item moneter berbeda
sifatnya dengan laba-laba lain.
Di Inggris, keuntungan dan
kerugian atas item-item moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan
geraing adjustment. Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan perubahan tingkat
harga berikut diberikan (SSAP NO. 16 paragraf 11-13)/ ketika penjualan
dilakukan secara kredit, perusahaan sebebnarnya mengikat modal kerja (dalam
arti, perusahaan membiayai perubahan-perubahan keuangan dalam replacement cost
dari persediaannya) sampai piutang yang terkait ditagih. Sebaliknya, ketika
persediaan dan perlengkapan lain dibeli secara kredit, perubahan-perubahan
harga spesifik yang berkaitan dengan item-item ini pada dasarnya dibiayai oleh
pemasok selama periode kredit. Sehingga modal kerja dari pembeli bebas untuk
digunakan bagi keperluan lain. Karena fenomena-fenomena ini sama dan dipandang
sebagai perluasan dari penyesuian penjualan biaya berjalan untuk menghasilkan
laba operasi yang telah disesuaikan.
Di Brazil, tidak
menyesuaikan aktiva lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit karena
jumlah-jumlah ini diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang timbul
dari menghitung nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah
disesuaikan dengan tingkat harga mewakili keuntungan atau kerugian daya beli
umum dalam membiayai modal kerja dengan hutang atau modal. Penyesuaian aset
permanen yang melebihi penyesuaian modal mencerminkan porsi aset permanen yang
dibiayai dengan hutang, sehingga menghasilkan keuntungan daya beli. Sebaliknya,
penyesuaian modal yang lebih besar daripada penyesuaian aset permanen
menunjukkan porsi modal kerja yang dibiayai oleh modal. Bagi porsi modal ini
diakui adanya kerugian daya beli selama periode inflasi.
·
Memahami pelaporan keuangan dalam perekonomian
hiperinflasi
ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi
Hiperinflasi merupakan adopsi dari IAS 29 Financial Reporting in
Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan dengan penyajian kembali
laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi dalam mata uang pelaporan
entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan entitas disajikan dalam
unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Selain itu, pos-pos terkait
di periode sebelumnya disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode
pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter neto diakui dalam laporan laba
rugi dan diungkapkan terpisah.
Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi terdiri
dari paragraf 1 – 40. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang
sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur
prinsip-prinsip utama. PSAK 63 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi
2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
memberikan dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada
panduan yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur
yang tidak material.
Pernyataan ini tidak menetapkan pada tingkat inflasi tertentu dianggap
terjadi hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan dalam penentuan kapan penyajian
kembali laporan keuangan perlu dilakukan sesuai dengan pernyataan ini.
Karakteristik dari lingkungan ekonomi suatu negara yang merupakan indikasi
bahwa negara tersebut mengalami hiperinflasi antara lain:
1. Penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan
mereka dalam bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif
stabil. Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk
mempertahankan daya beli;
2. Penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan
dalam mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil.
3. Harga-harga mungkin dikuotasikan dalam mata uang
asing tersebut;Harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit
ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli selama
periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat.
4. Suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan
indeks harga; dan
5. Tingkat inflasi kumulatif selama
tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
Semua entitas yang menyusun laporan keuangan dalam
mata uang ekonomi hiperinflasi yang sama dianjurkan menerapkan Pernyataan ini
dari tanggal yang sama. Namun, Pernyataan ini diterapkan atas laporan keuangan
setiap entitas sejak awal periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasi
adanya hiperinflasi di negara yang mata uangnya digunakan oleh entitas tersebut
untuk menyusun laporan keuangan.
·
Mengetahui apakah dolar konstan atau biaya kini lebih
baik untuk mengukur pengaruh inflasi
Terdapat
empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Keempat isu itu adalah: (1) apakah dolar konstan atau biaya kini yang
lebih baik mengukur pengaruh inflasi, (2) perlakuan akuntansi terhadap
keuntungan dan kerugian inflasi, (3) akuntasi inflasi luar negeri, dan (4)menghindari
fenomena kejatuhan ganda.
Keuntungan dan Kerugian Inflasi :
Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos
moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong kontroversial. Keuntungan dan
kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang
dalam dolar konstan,saldo awal dan akhir,serta transakasi dalam,seluruh aktiva
dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan
diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan
kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang
lain.
Di Inggris , keuntungan dan kerugian pos-pos moneter
dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka
tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus (dan bukan umum). Mekanisme
penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada para pemegang saham
yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga.
Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk
menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan, yang disebut sebagai
“Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”.
Pendekatan di Brasil
yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara
eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat
direalisasi. Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva permanen
dan ekuitas pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan
keuntungan atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal
dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi
penyesuaian ekuitas menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai
oleh utang, sehingga menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas
yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya sebagian
modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk bagian
ini selama periode inflasi.
SSAP 16 memiliki
keunggulan dalam mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan persediaan dan
aktiva tetapnya, suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja dalam nilai
nominal bersih untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan harga yang
semakin meningkat. Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari penggunaan utang
selama masa inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur
jumlah, waktu.
Suatu perusahaan dapat
mengukur penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan
indeks untuk mengukur keuntungan dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh
perusahaan dapat menyusun indeks harga beli yang khusus untuk perusahaan
itu,pendekatan di Inggris merupakan alternatif praktis yang baik. Ketimbang
mengungkapkan mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami lebih suka untuk
memperlakukannya sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya kini untuk
depresiasi, harga pokok penjualan dan modal kerja moneter. Pembebanan biaya
kini dari penyajian ulang laba biaya historis selama masa inflasi akan
terhapuskan dengan pengurangan beban jasa utang yang digunakan untuk mendanai
pos-pos operasi tersebut.
Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan :
Akuntansi untuk biaya kini
membagi total laba menjadi dua bagian: (1) laba operasi (perbedaan antara
pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi) dan (2) keuntungan
yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non moneter dengan
nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi. Meskipun pengukuran
keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan akuntansinya
tidaklah demikian.
Kenaikan dalam biaya
penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi
untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau
tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan
yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan
aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian
dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal
fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi,
seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu
diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika
penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen
biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus
dinyatakan langsung dalam laba.
·
Definisi penurunan ganda (double dip) dan
menjelaskan cara penangannya.
Kehati-hatian
harus dijaga untuk mencegah fenomena “double-dip”. Masalah ini timbul dari
fakta bahwa inflasi lokal memberi dampak langsung pada kurs yang digunakan
dalam proses translasi. Walaupun ahli ekonomi umumnya mengasumsikan suatu
hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu negara dengan nilai
eksternal valutanya., bukti-bukti memperlihatkan bahwa hubungan seperti ini
jarang terjadi, paling tidak dalam jangka pendek. Oleh karenanya, besarnya
penyesuaian yang dilakukan untuk menghilangkan fenomena perhitungan-ganda akan
bervariasi tergantung pada kadar korelasi negatif antara kurs dengan perbedan
inflasi.
Penyesuaian
inflasi terhadap harga pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk
menentukan laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba.
Meskipun begitu akibat hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta,
perubahan kurs antara laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain
yang berurutan , yang umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama
satu periode tertentu), akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak
sebagian dampak inflasi (yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian
translasi yang telah tercermin dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan
harus diperhitungkan sebagai bagian dari penyesuaian inflasi.
Penyesuaian
di atas relevan untuk perusahaan-perusahaan multinasional yang berbasis di AS,
yang telah mengadopsi dolar sebagai valuta fungsional operasi luar negeri
berdasarkan FAS No. 52 dan yang mentranslasikan persediaan dengan menggunakan
kurs berjalan. Penyesuaian tersebut sangat berhubungan erat dengan
perusahaan-perusahaan multinasional Eropa, jika kita melihat metode-metode
translasi valuta yang dewasa ini mereka paki. Dalam sebuah survey mengenai
praktik-praktik translasi valuta asing di Denmark, Jerman, Belanda, Swedia,
Swiss, dan Inggris, perusahaan-perusahaan disana mendemonstrasikan kecendrungan
ke arah penggunaan metode translasi kurs berjalan. Walaupun banyak perusahaan
melaporkan keuntungan dan kerugian translasi valuta dalam cadangan neraca,
sejumlah besar perushaan, terutama di Jerman, Belanda, dan Swedia mencerminkan
keuntungan dan kerugian semacam itu langsung di dalam laba berjalan. Tanpa
adanya penyesuaian untuk menghindari perhitungan ganda yang telah di singgung
sebelumnya., perusahaan-perusahaan semcam itu bisa berakhir dengan laba yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi, karena inflasi luar negeri dihitung dua
kali.
Sumber :
http://ikapurple.blogspot.com/2011_04_01_archive.html