BATIK BEKASI
Seperti
yang kita ketahui bahwa negara kita
negara Indonesia mempunyai berbagai macam dan bentuk nilai-nilai sosial yang
beraneka ragam sesuai dengan ciri khas masing-masing daerah. Kadang kita
sebagai generasi penerus bangsa seakan terlena dan lupa tentang keberadaan
nilai-nilai seni budaya di negara kita dan kadanga tidak memperhatikan hal
tersebuut yang menyebabkan nilai budaya kita di klaim oleh negara-negara lain
karena kita tidak bisa menjaga dan melestarikannya. Sebaiknya kita sebagai
generasi penerus yang seharusnya menjaga warisan nilai-nilai kebudayaan itu.
Batik
indonesia memiliki keanekaragaman motif dan corak khas yang menjadi identitas
dari tiap daerah. Diamana motif dan corak khas dari tiap-tiap daerah tersebut
memiliki keunikan dan nilai unsur budaya masing-masing. Sehingga jarang
dietemukan adanya corak maupun motif batik yang sama antar daerah satu dengan
daerah yang lainnya, begitupun dengan kota Bekasi. Bekasi memiliki motif dan
corak khas yang menggambarkan ciri kultur masyarakat betawi yang ada ada di
jawa barat. Batik dengan motif dan corak khas Bekasi ini dinamakan “TARAWANG”,
keberadaan batik tarawang ini beradasarkan pada sejarah batik yang tercatat
pada masa kolonial. Batik bekasi juga pernah di ikutsertakan dalam Pameran
Batik Jawa, yang diadakan pada tahun 1892, di Amsterdam,Belanda. Dengan adanya
batik ini menjadi identitas budaya bagi masyrakat Bekasi.
Pada
sejarah barik indonesia yang pernah tercatat pada masa kolonial. Batik yang
diberi nama “Tarawang” pada tahun 1892
pernah diikutsertakan pada pameran batik jawa di amsterdam yang di bekasi
diselengarakan oleh seniman pelukis Belanda di Amsterdam. Batik dibuat oleh
penduduk etnis tionghoa, keluarga Tan-Tjeng_kwat. Pada tahun 1860 bersama
dengan batik lain, batik tarawang (batik Tarum) telah di koleksi oleh Ny Vincen
Hegen istri pelukis Raden Saleh. Pada Tahun 1931 seorang belanda ir PAL mooyen
yang tinggal dibandung, pernah memimpin suatu pameran hindia belanda dan
megoleksi batik karawang atau tarum. Koleksi batiknya berupa kain alas meja peribadatan
yang dipakai agama Budha yang disebut Tok-Wi. Batik koleksi Mooyen inilah
menjadi dasar pengembangan lanjut untuk produksi.
Sumber :
Seminar Batik Bekasi (BEMFE UG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar